Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan
kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah
melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah
terang." Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu
dipisahkanNyalah terang itu dari gelap. Dan terang itu adalah Lucifer,
yang namanya berarti pembawa terang, sehingga dia juga dinamai dengan
nama siang. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
Itulah
kisah asal mula Lucifer yang diciptakan Allah pada hari pertama.
Makhluk Allah yang diciptakan pada awal mula, diberi tempat yang
istimewa untuk menjadi pendamping kegelapan. Sebab pada mulanya adalah
gelap gulita dan Allah berada dalam kegelapan yang kosong. Keberadaannya
membuat alam semesta ini beraksi, setelah Allah memutuskan untuk
menciptakannya. Namun dia tidak selalu bersama-sama dengan Allah. Dan
dia bukanlah Allah. Dan ini adalah kata-katanya.
Aku, Lucifer,
putera Fajar, terang yang telah memberi nuansa baru pada kegelapan.
Sebagaimana tugasku menjadi pengawas bumi. Pekerjaanku sehari-hari
adalah melakukan perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.
Sebagaimana Allah telah menciptakan manusia, baik laki-laki dan
perempuan pada hari keenam , maka berkuasalah aku atas mereka. Akulah
pemimpin mereka, sejak mula, sampai suatu hari, Allah berfirman kepada
kami, para malaikat-malaikatNya: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Aku yang termasuk dalam
malaikat-malaikat Allah bertanya: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau". Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Aku, Lucifer, yang
selama ini mendapat kepercayaan dari Allah, memang ada sedikit rasa
kecewa. Setelah sekian lama aku selalu sungguh-sungguh bertasbih memuji
Allah, namun kedudukanku akan diambil dan dialihkan kepada manusia.
Allah berkehendak menggantikan tugasku di bumi dan menyerahkan kepada
seorang manusia untuk menjadi khalifah di bumi. Allah berkehendak agar
manusia dipimpin oleh manusia pula. Tapi biarlah, aku hanya berpegang
kepada Allah bahwa Dia mengetahui segala-galanya.
Kemudian Allah
membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke
dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Dan
Allah menamainya Adam.
Aku, Lucifer, hadir waktu penciptaan
manusia. Masih terngiang-ngiang di telingaku ketika Allah berfirman:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi." Allah mengambil tanah dari bumi, dibentuknya manusia
itu dan dihembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Dan dengan
demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
Sebetulnya
aku kagum pada karya ciptaan Allahku ini, manusia yang baik bentuknya.
Bukankah Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar
Allah sendiri? Dan betapa enaknya manusia itu, Allah juga menyediakan
tempat yang nyaman baginya. Allah telah membuat taman di Eden, di
sebelah timur; di situlah ditempatkanNya manusia yang dibentukNya itu.
Kalau seandainya aku diperlakukan seperti itu, alangkah bersyukurnya
aku.
Betapa Allah sungguh-sungguh mencintai manusia, makhluk
ciptaan yang dibuat berdasarkan gambarNya, kadang membuat aku iri. Terus
terang saja, tak pernah Allah sedemikian dekat dengan ciptaanNya yang
lain. Allah kemudian menempatkan manusia itu ke dalam taman Eden agar
dia mengusahakan dan memelihara taman itu.
Yang aku lihat
bukanlah fatamorgana dan bukanlah ilusi. Ternyata tak beralasan bahwa
kami dulu menyangsikan, bahwa manusia itu akan menjadi orang yang akan
membuat kerusakan dan suka menumpahkan darah. Dan memang benar, Allah
maha mengetahui.
Namun, dalam hati kecilku, masih terbersit satu
perasaan ragu-ragu atas manusia itu. Bisakah ia menjadi seorang khalifah
di bumi? Taman Eden ini bukanlah bumi yang sesungguhnya. Bumi yang
sesungguhnya adalah bumi yang harus dikerjakan dengan susah payah.
Mengenai bumi yang sesungguhnya ini aku tahu betul, karena aku sering
menjelajahinya. Tapi semua perkara ini, aku pendam dalam hati.
Suatu
hari, aku bersama malaikat yang lain berkumpul di taman itu. Roh Allah
hadir di taman itu. Dan manusia itu sedang dalam kesendiriannya. Allah
menjumpai Adam, manusia itu, dan Dia mengajarkan kepadanya nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang
kamu orang yang benar!" Jawab kami:"Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini".
Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa
yang kamu sembunyikan" Lalu Allah membentuk dari tanah segala binatang
hutan dan segala burung di udara. DibawaNyalah semuanya kepada manusia
itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang
diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah
nanti nama makhluk itu. Dan Adam memberi nama kepada segala ternak,
kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan.
Kami
bisa merasakan, betapa Allah menyayangi manusia itu. Dan, Allah
menciptakan penolong baginya yang sepadan dengan dia. Allah membuat
manusia itu tidur nyenyak. Ketika ia tidur, Allah mengambil salah satu
rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari
rusuk yang diambil Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang
perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu. Manusia itu memberi nama
Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
Kalau
saja aku bisa ceritakan keindahan taman Eden itu secara rinci. Sebuah
tempat yang begitu indah dan damai. Penuh dengan berbagai binatang dan
semuanya yang berada dalam taman ini hidup dengan rukun. Aku melihat
dengan mata kepalaku sendiri. Serigala tinggal bersama domba dan macan
tutul berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa makan
rumput bersama-sama. Tidak ada yang berbuat jahat atau yang berlaku
busuk di segenap taman itu. Dan aku, Lucifer, Putera Fajar, melihat
semuanya itu dan bersama malaikat lain memuji-muji Allah.
Sungguh,
seandainya engkau pernah berada di taman Eden. Tentu tak akan ingin
pergi kemana-mana lagi. Memang, ada yang mengganjal dalam hatiku. Aku,
Lucifer, yang selama ini selalu taat dan memuliakan Allah, ada rasa iri
kepada manusia itu. Bukan saja karena dia akan menggantikan tugasku
sebagai khalifah di bumi, tetapi belum apa-apa, sudah diberikan
kenikmatan tiada tara kepadanya. Sementara aku, yang pertama kali
diciptakan olehNya, tak
pernah diberi kenikmatan seperti ini.
Taman
Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis
merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit,
lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas
dan disediakan pada hari penciptaanmu, wahai manusia.
Memang
Allah pernah berfirman pula kepadaku: "Aku akan mendirikan bagi mereka
suatu taman kebahagiaan, sehingga di tanah itu tidak seorangpun akan
mati kelaparan dan mereka tidak lagi menanggung noda yang ditimbulkan
bangsa-bangsa. Dan mereka akan mengetahui bahwa Aku, Allah mereka." Aku
sungguh melihat, betapa Allah menyayangi dan memanjakan manusia itu.
Allah
menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik
untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu,
serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Di taman itu
ada pohon-pohon aras, juga ada pohon sanobar dan pohon berangan. Waktu
itu, segala pohon-pohon yang ada di taman Allah tiada yang dapat
disamakan dengan pohon lain mengenai keelokannya.
Ada sebuah
sungai yang mengalr dan membasahi taman itu. Kami menyebutnya sebagai
sungai air kehidupan. Dan sungai yang ada di taman Eden itu mengalir
terus ke bumi dan menjadi empat cabang. Sungai ini sendiri jernih
bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Allah. Sekali meminum
air kehidupan dari sungai itu, maka tidak akan haus lagi.
Allah
berfirman kepada manusia itu: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala
tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan
yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada
segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang
merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau
menjadi makanannya."
Manusia itu berkata kepada Allah: "Engkaulah
Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!" Memang, merekalah
orang-orang kudus yang ada pertama kali di tanah ini, merekalah orang
mulia yang selalu menjadi kesukaan Allah.
Allah melihat segala
yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik. Lalu Allah memberi perintah
ini kepada manusia itu: "Hai Adam, diamilah taman ini oleh kamu dan
isterimu, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana
saja yang kamu sukai. Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya
dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat
itu, janganlah kamu dekati pohon ini dan janganlah kaumakan buahnya,
yang akan menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Dan
Kutegaskan kepadamu, Kularang kamu memakan buahnya, sebab pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Adam mendengar perintah
Allah dengan penuh sujud. Tapi setelah itu, aku mendengar pembicaraan
dia dengan istrinya, Hawa, soal mati itu. Mereka bertanya-tanya sendiri,
apa yang dimaksudkan mati oleh Allah. Sebab mereka selama ini tidak
mengenal arti kematian. Memang, Allah waktu itu belum pernah
mengemukakan tentang kematian kepada mareka, bahwa semua makhluk ciptaan
Allah pasti akan mati. Tidak terkecuali aku, Lucifer, malaikat terang
ciptaan Allah yang pertama. Namun mereka enggan menanyakan langsung
kepada Allah.
Sungguh, tak akan kekurangan apapun juga bila
tinggal di taman itu. Di tempat yang damai ini orang tidak perlu lagi
mengejar kekudusan, sebab tempat itu sudah kudus. Dan dengan kekudusan
kita akan dapat melihat Allah.
Manusia itu memuji-muji Allah:
"Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku
akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dalam
kematian, dan tidak membiarkan kami melihat kebinasaan. Engkau
memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita
berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa."
Dari
kejauhan aku, Lucifer, beringsut pergi. Ah, betapa senangnya manusia
itu. Allah maha mengetahui apa yang akan terjadi. Bukankah Allah tahu
apa yang terbaik? Kubentangkan kedua sayapku, terbang ke angkasa dan
kembali menjelajahi bumi untuk melihat-lihat keadaan di sana. Dalam
hatiku aku berkata, hai manusia lihatlah, inilah bakal tanah yang akan
diserahkan kepadamu. Tanah yang permai dan kudus. Dan dalam diriku ada
sedikit rasa sedih, suatu saat nanti harus rela menyerahkan semua ini
kepada manusia itu.
Tapi, aku percaya, Allah maha mengetahui dan maha bijaksana.
Ke bagian kedua
Pada
suatu hari datanglah para malaikat Allah menghadap Allah dan di antara
mereka datanglah juga aku, Lucifer. Dan Allah duduk di takhtaNya yang
nampak bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi
melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. Dan
sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta
itu dipersiapkan bagi dua puluh empat malaikat utama, termasuk aku.
Kami
semua memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala. Rambut kami
semua memang putih bersinar-sinar, sehingga kami juga sering disebut
dengan "dua puluh empat tua-tua". Kami inilah yang sering disebut para
allah dan para pengamat (watchers). Kami berkumpul di Taman Eden, dekat
sumber sungai air kehidupan, tempat di mana takhta Allah ada. Dan di
hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal, di tengah-tengah
takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di
sebelah muka dan di sebelah belakang.
Dari dua puluh empat
malaikat, ada tiga malaikat utama, yakni aku sendiri, Mikhael dan
Gabriel. Sementara sisanya dua puluh satu malaikat berada di bawah kami
bertiga, di mana masing-masing memimpin tujuh malaikat. Aku membawahi
tujuh malaikat, Mikhael membawahi tujuh malaikat dan demikian pula
dengan Gabriel. Jadi jumlah keseluruhannya adalah dua puluh empat
malaikat. Tujuh adalah angka yang istimewa bagi Allah.
Seperti
biasa, bertanyalah Allah kepadaku: "Dari mana engkau?" Lalu jawabku
kepada Allah: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."
Kemudian setelah itu Allah berkata kepada kami semua, para
malaikat-malaikatNya, "Tidakkah engkau memperhatikan hambaKu, Adam?
Tiada ciptaan lain yang sesempurna dia."
Kami semua bersorak
memuji-muji Allah: "Kudus, kudus, kuduslah Allah, Yang Mahakuasa, yang
sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Dan kemudian tersungkurlah
kami semua di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan kami
menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan kami melemparkan
mahkota kami di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan Allah dan
Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa,
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena
kehendakMu semuanya itu ada dan diciptakan."
Bersamaan dengan itu
terdengarlah suara semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan
yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya
berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta, adalah puji-pujian dan
hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!"
Beberapa
saat kemudian, suasana menjadi hening. Kami semua bangkit berdiri
kembali. Kemudian Allah memanggil Adam dan berkata kepada para malaikat:
"Bersujudlah kamu semua kepada Adam."
Aku, Lucifer, terkejut
mendengar perintah itu. Bukankah hanya kepada Allah aku boleh bersujud?
Mengapa Allah memperintahkan kami untuk sujud kepada Adam? Dalam hatiku
tak bisa menerima perintah ini. Terlebih sebelumnya, aku memang memendam
suatu perkara tentang Adam ini.
Malaikat Mikhael dan Gabriel
langsung bersujud kepada Adam, diikuti dengan malaikat-malaikat yang
dipimpin oleh mereka. Sementara aku, masih diam termangu-mangu. Rupanya,
ketujuh malaikat yang berada dalam kelompokku menunggu apa yang hendak
aku perbuat. Aku memandang kepada Allah, dan Allah juga memandang ke
arahku. Aduh, sungguh aku tak kuat memandangNya.
Kemudian Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam di waktu Aku menyuruhmu".
Aku,
Lucifer, terkejut mendapat pertanyaan itu dan untuk beberapa saat
menjadi bingung. Kalau aku jawab, bahwa aku hanya mau sujud kepada
Allah, bukankah Dia yang memerintahkan aku untuk bersujud kepada manusia
itu. Tapi kalau aku sujud kepada manusia itu, berarti aku melanggar
perintahNya bahwa hanya boleh sujud kepadaNya saja. Jawaban apa yang
harus aku berikan?
Allah memandang ke arahku dan menanti jawaban
yang keluar dari mulutku. Entah kenapa, waktu itu, secara tak sadar aku
berkata: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau
telah menciptakannya dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur
hitam yang diberi bentuk". Sebenarnya, pertama kali aku menjawab itu,
bukan karena manusia itu dibuat dari tanah
sehingga aku tidak mau sujud, namun aku tidak mau sujud selain kepada Allah.
Tapi Allah berfirman lagi: "Sujudlah kepada Adam!"
Aku kemudian memberanikan diri untuk bertanya: "Mengapa aku harus bersujud kepada Adam?"
Allah menjawab: "Sebab dia lebih mulia daripada engkau."
Aku menjawab: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
Kali
ini, Allah menjadi murka: "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai
Lucifer, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai
yang mengalahkan bangsa-bangsa!"
Beberapa saat terjadi kegaduhan
di antara para malaikat. Belum pernah sepanjang sejarah, Allah murka
sedemikian hebat. Aku sedih mendapat murka Allah, namun hatiku penuh
dalam kebimbangan. Bagiku, tak patut untuk sujud selain kepada Allah,
meski Allah yang menyuruhku sekalipun. Allah telah murka. Aku memandang
Gabriel dengan keinginan agar ia mau membantuku, setidaknya meredakan
murka Allah. Namun dia diam saja. Mikhael juga sama, bahkan ia telah
membuang muka dari padaku. Sementara Adam yang berdiri di tengah-tengah
kami hanya diam saja, tak tahu apa yang hendak dilakukannya. Terlebih,
dia memang belum tahu tentang apa-apa.
Allah kemudian berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia siap menghakimi aku.
Seumur
hidupku tak pernah mengalami hal demikian. Aku merasa apa yang aku
lakukan benar dan aku justru merasa diperlakukan dengan tidak adil.
Jangankan sujud kepada Adam, sujud kepada Mikhaelpun aku tak akan mau.
Entah mengapa Mikhael dan Gabriel mau sujud kepada Adam. Aku sungguh tak
mengerti. Kalau alasannya adalah karena Adam lebih mulia daripadaku,
apakah dengan demikian aku harus wajib bersujud kepadanya? Bagiku, yang
mulia hanyalah
Allah, penciptaku.
Allah berdiri dalam sidang
ilahi, di antara para allah Ia menghakimi. Dipanggilnya aku bersama
ketujuh malaikatku kehadapanNya, dan kemudian aku bersujud menyembahNya
sambil berkata: "Siapakah yang seperti Engkau, ya Allah? Siapakah yang
seperti Engkau, mulia karena kekudusanMu, menakutkan karena perbuatanMu
yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban."
Allah bertanya kepadaku:
"Hai Lucifer, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah
Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri
ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?".
Jawabku:
"Sudah kukatakan pada Engkau, Ya Allahku. Aku sekali-kali tidak akan
sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Bukankah ada
tertulis bahwa aku harus menyembah Tuhan, Allahku,
dan hanya kepada Engkau sajalah aku berbakti."
Di
sinilah letak kesalahpahaman itu, yang baru kusadari setelah lama
kemudian. Aku menyatakan tidak akan sujud kepada manusia karena hanya
kepada Allah saja aku bersujud, namun rupanya Allah menganggap aku
sombong dengan mengatakan bahwa aku lebih mulia dari manusia yang
diciptakan dari tanah liat kering itu.
Allah berfirman:
"Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir.
Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar
Aku akan mengisi neraka dengan kamu semua"
Aku benar-benar
terkejut. Hukuman yang diberikan kepadaku sungguh berat untuk suatu
perbuatan yang bagiku secara prinsip adalah benar. Tapi aku tahu, sekali
Allah berfirman, maka itu akan berlaku selamanya. Hatiku menjadi
berontak karenanya.
Aku menjawab: "Karena Engkau telah menghukum
aku tersesat, aku benar-benar akan menghalangi-halangi mereka dari jalan
Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak
akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur maupun taat.
Kemudian
Allah memuliakan Adam dan kelak keturunannya, Allah berfirman: "Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
Aku
berkata:"Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas
diriku Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari
kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali
sebahagian kecil".
Alah berfirman kepadaku: "Kuberi tangguh
waktumu hingga hari kiamat dan kuberi kuasa kepadamu atas orang-orang
yang tidak beriman."
Aku menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku
akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di
antara mereka. Aku benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau
bahagian yang sudah ditentukan untukku, dan aku benar-benar akan
menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka dan akan menyuruh mereka memotong telinga-telinga binatang
ternak, lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka
merobah ciptaan Allah, lalu benar-benar mereka merobahnya. Aku akan
justru membuat merekalah yang akan sujud kepadaku !"
Allah
berfirman: "Maka yang benar adalah sumpah-Ku dan hanya kebenaran itulah
yang Ku-katakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka dengan
jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka
kesemuanya."
Kemudian Allah berfirman kepada Adam: "Hai Adam,
sesungguhnya ini, Lucifer, adalah musuh bagimu dan bagi isterimu,
makasekali-kali janganlah sampaikan ia mengeluarkan kamu berdua dari
surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka."
Allah lalu
memandang kepadaku dan berfirman: "Kamu adalah allah, dan termasuk
anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. Namun seperti manusia kamu akan
mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."
Tak
ada rasa sedih lagi di hatiku, justru muncul rasa geram yang mulai
membakar hatiku. Aku berkata kepada ketujuh malaikat penghulu yang
bersama dengan aku: "Marilah kita menduduki tempat-tempat kediaman
Allah!"
Rupanya tak ada yang tersembunyi bagi Allah, kemudian
Allah berfirman: "Demikiankah engkau mengadakan pembalasan terhadap Aku,
hai makhluk yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Aku Bapamu yang
mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan keadilan?"
Tuhan
berfirman:"Pergilah, barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, maka
sesungguhnya neraka adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan
yang cukup. Dan mulai hari ini engkau akan disebut dengan nama Iblis!"
Kemudian
pergilah aku dari hadapan Allah, bersama ketujuh malaikat penghulu yang
ada di bawah kekuasaanku. Kepergianku telah menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit dan turunlah kami ke bumi. Jumlah kami yang
pergi adalah delapan malaikat penghulu, tujuh adalah malaikat yang
berada dalam kepemimpinanku, dan jumlahnya sepertiga dari dua puluh
empat malaikat utama yang mengelilingi Takhta Allah. Dan masing-masing
dari tujuh malaikat penghulu itu memimpin ribuan tentara surga yang ikut
pula bersama-sama dengan aku. Jumlah kami begitu banyak, dan kepergian
kami ke bumi bagai kilat yang memancar dari langit.
Dalam hatiku
aku berkata: "Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku
mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit
pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian
awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi !"
Kemudian aku
berteriak: "Akan kubuat bumi gemetar dan kerajaan-kerajaan bergoncang
serta kubuat dunia seperti padang gurun, dan kelak akan kuhancurkan
kota-kotanya !"
Pada hari itu, aku, Lucifer, menyatakan permusuhan dengan penciptaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar